Kamis, 14 November 2013

ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI DAN KEMISKINAN



ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI
DAN KEMISKINAN


Kata ilmu berasal dari bahasa Arab yang berarti “mengetahui”, jadi ilmu dapat diartikan sebagai usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Hasil usaha sadar tersebut dapat berupa pengetahuan, Pada dasarnya pengetahuan merupakan hasil tahu manusia terhadap sesuatu, atau segala perbuatan manusia untuk memahami suatu objek tertentu, sehingga ilmu pengetahuan dapat diartikan sebagai kumpulan pengetahuan yang objektof tentang suatu bidang yang disusun secara sistematis, diterima kebenarannya secara umum dan teruji dengan seperangkat metode yang diakui serta dapat digunakan untuk menerapkan gejala-gejala tertentu dibidang pengetahuan tersebut, seperti ilmu hukum, ilmu pendidikan, ilmu ekonomi dan sebagainya. ilmu pengetahuan memiliki kriteria sifat ilmiah berupa objektif, metodis, sistematis dan universal.
Teknologi berasal dari literature Yunani yaitu technologia yang bermakna ”seni terapan.” Makna tersebut bergeser menjadi “pertukangan”. Pada abad ke-20, maknanya diperluas tidak hanya alat-alat dan mesin-mesin, tetapi juga metode dan teknik non-material, yang berarti suatu aplikasi sistematis pada teknik maupun metode. Ahli sosiologi Manuel Castells mendefinisikan teknologi sebagai kumpulan alat, aturan dan prosedur yang merupakan penerapan pengetahuan ilmiah terhadap suatu pekerjaan tertentu dalam cara yang memungkinkan pengulangan. Menurut Sastrapratedja (1980, fenomena teknik pada masyarakat memiliki ciri-ciri 1) rasionalistas 2) artifisialitas (tidak alami) 3) otomatisme 4) berkembang pada suatu kebudayaan 5) monisme (berintegrasi saling mengutungkan) 6) universalisme dan 7) otonomi. Pada awalnya, teknologi sangat didominasi dengan teknologi barat yang memiliki ciri padat modal, berbiaya mahal dan membutuhkan penelitian yang tinggi seperti teknologi ruang angkasa, peralatan perang dan sebagainya.
Pada saat ini perkembangan teknologi sangat pesat bahkan sudah merupakan kebutuhan manusia di berbagai bidang seperti ekonomi, operasional organisasi (administrasi pemeritahan, manajemen hukum dan militer) dan bidang manusiawi. Ilmu pengetahuan dan teknologi dikembangkan untuk membantu dan mempermudah manusia dalam melaksanakan aktivitasnya, sehingga diharapkan akan meningkatkan taraf kehidupan manusia dan mengurangi kemiskinan. Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan, kesehatan yang buruk, dan kekurangan transportasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pandangan tentang pengertian kemiskinan dapat beraneka ragam. Ada yang mengartikan  kemiskinan sebagai kekurangan materi yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan dan ada juga yang mengartikan  sebagai  kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia namun secara umum, kemiskinan bisa dikelompokan dalam dua kategori yaitu kemiskinan absolut dan Kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut mengacu pada satu set standard yang konsisten, tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat, sebagai contoh, BPS mendefinisikan kemiskinan dengan membuat kriteria besarannya pengeluaran per orang per hari sebagai bahan acuan. standar kemiskinan menurut BPS adalah  masyarakat dengan pengeluaran per orang perbulan per kepala Rp 233.740.-kebawah atau sekitar Rp 7.780.- kebawah per orang per hari.
Garis kemiskinan yang menentukan batas minimum pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok, dapat dipengaruhi oleh persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan, posisi manusia dalam lingkungan sekitar dan kebutuhan objectif manusia untuk bisa hidup secara manusiawi. Persepsi manusia terhadap kebutuhan pokok yang diperlukan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, adat istiadat dan sistem nilai yang dimiliki. Ciri-Ciri Manusia yang Hidup di Bawah Garis Kemiskinan adalah tidak memiliki faktor-faktor produksi sendiri seperti tanah, modal, ketrampilan, dan lain-lain, tidak memiliki kemungkinan untuk memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri, seperti untuk memperoleh tanah garapan atau modal usaha, tingkat pendidikan mereka rendah, tidak sampai tamat SD, kebanyakan tinggal di desa sebagai pekerja bebas, banyak yang hidup di kota berusia muda, dan tidak mempunyai keterampilan. Dari sisi positifnya, kemiskinan juga memiliki fungsi yaitu
  1. Fungsi Ekonomi yaitu penyediaan tenaga untuk pekerjaan tertentu, menimbulkan dana sosial, membuat lapangan kerja baru dan memanfaatkan pemulung dalam mengumpulkan barang bekas.
  2. Fungsi sosial yaitu menimbulkan rasa simpatik, sehingga munculnya badan amal dan zakat untuk menolong kaum miskin yang ada.
  3. Fungsi kultural yaitu sumber inspirasi kebijaksanaan teknokrat, sumber inspirasi sastawan dan memperkaya budaya saling mengayomi antar sesama manusia.
  4. Fungsi politik yaitu sebagai kaum yang merasakan kinerja pemerintahan dalam perbaikan ekonomi, dan sebagai kaum yang mengkritik jika perekonomian tidak mengalami perubahan.
Ilmu pengetahuan, teknologi dan kemiskinan memiliki keterkaitan, ilmu pengetahuan dan teknologi dapat meningkatkan kesejahteraan masayarakat dan memajukan kehidupan bangsa dan negara namun sebaliknya juga dapat menimbulkan kemiskinan dan dampak negative terhadap lingkungan dan kehidupan manusia apabila tidak diterapkankan secara tepat, misalnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang diterapkan untuk peralatan perang oleh USA telah menimbulkan upaya-upaya penghasutan kepada berbagai negara sehingga timbul peperangan yang akhirnya menyebabkan kemiskinan, pembangunan berbagai pabrik untuk memenuhi kebutuhan manusia pada akhirnya meningkatkan polusi dan pencemaran. kesenjangan sosial dengan munculnya kelompok masyarakat pemilik modal yang kaya dan  kelompok masyarakat yang tidak miskin karena tidak memiliki ketrampilan yang pada akhirnya menimbulkan kecemburuan sosial, kerusakan kualitas dan kuantitas sumber daya alam yang menyebabkan bencana seperti banjir, longsor, kenakalan remaja akibat teknologi informasi dan globalisasi budaya barat, dan kriminalitas akibat kemiskinan. Agar teknologi tepat guna, harus memenuhi persyaratan teknis dan sosial, antara lain: 1) memperhatikan kelestarian tata lingkungan hidup, menggunakan sebanyak mungkin bahan baku dan sumber energi setempat dan sesedikit mungkin menggunakan bahan impor, 2)  jumlah produksi harus cukup dan mutu produksi harus diterima oleh pasar yang ada, 3) menjamin agar hasil dapat diangkut ke pasaran dan masih dapat dikembangkan, sehingga dapat dihindari kerusakan atas mutu hasil, 4) memperlihatkan tersedianya peralatan serta operasi dan perawatannya, 5) memanfaatkan keterampilan yang sudah ada, 5) menjamin timbulnya perluasan lapangan kerja yang dapat terus menerus berkembang, 6)menekan seminimum mungkin pergeseran tenaga kerja yang mengakibatkan bertambahnya pengangguran.7) membatasi sejauh mungkin timbulnya ketegangan sosial dan budaya dengan mengatur agar peningkatan produksi berlangsung dalam batas-batas tertentu sehingga terwujud keseimbangan sosial dan budaya yang dinamis. Dengan ilmu pengetahuan dan penerapan teknologi yang tepat guna, diharapkan dapat menekan kemiskinan rakyat, bangsa, dan negara Indonesia


-----------TERIMA KASIH----------
MAHENDRA
15113228


Tidak ada komentar:

Posting Komentar